Tari Piring Budaya dari Sumatra Barat

     Di Sumatra Barat atau lebih tepatnya Minangkabau terdapat sebuah pertunjukan yang cukup unik yaitu pentas tari Piring, pertunjukan ini cukup unik karena di tangan setiap penari terdapat 2 buah Piring yang tidak bisa lepas, tari ini sangat terkenal di setiap daerah, tetapi walaupun tari ini terkenal tidak banyak orang yang tau dari mana asal usul tari ini, suatu hal ini sangat mengecewakan dikarenakan seni tari piring ini merupakan seni tradisional, walaupun begitu kita harus tetap mempertahankan seni ini agar tidak punah atau di ambil oleh negara lain.
        Awalnya sih tari piring ini hanya sebuah ritual atau upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk menyatakan rasa syukur pada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah. Ritual ini di lakukan dengan membawa sesajen dalam bentuk makanan yang kemudian diletakan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan.
     Tetapi sekarang ritual itu tidak dilakukan untuk ritual rasa syukur terhadap dewa melainkan hanya sebagai sarana hiburan, hal itu terjadi akibat datangnya agama Islam ke Minangkabau.
     Tari piring bukan hanya ada di indonesia saja, ternyata di luar negeri pun ada tari Piring. contohnya saja di Malaysia di Malaysia ternyata ada juga tari Piring, tetapi disana tari Piring hanya dipersembahkan bila ada acara orang-orang berada contohnya keluarga atas, keluarga bangsawan, dan hartawan.
SEJARAH
Tari Piring Duabelas merupakan tari tradisional yang berkaitan dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Tari ini berasal dari Sekala Bekhak, kecamatan Belalau, Lampung Barat. Awalnya orang orang dari Sekala Bekhak ini hijrah ke wilayah Kota Agung (Teluk Semaka) untuk mencari tempat baru dan membentuk sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Beniting. Disebut Kerajaan Beniting karena dulu di Sumatera terdapat banyak harimau, sedangkan raja di Kerajaan Beniting ini bisa berubah menjadi harimau.

Agar rakyat tidak keliru maka sang raja memiliki sebuah tanda yang ada di bagian pinggangnya yang biasa disebut babiti, maka raja tersebut disebut raja beniting.Setelah mendapat pengaruh para pedagang, Kerajaan Beniting berubah menjadi Kerajaan Semaka.Tari Piring 12 muncul saat Kerajaan Semaka dan dikembangkan menjadi empat macam tarian.

a.Tari Piring Biasa (Asli), dibawakan oleh bujang gadis (mulei mekhanai)
b.Tari Piring Buha (Buaya), dibawakan oleh mekhanai
c.Tari Piring Maju Ngekkes (Pengantin), dibawakan oleh mulei
d.Tari Piring Duabelas yang ditarikan oleh mulei/mekhanai

Kemudian Kerajaan Semaka bergeser lagi ke daerah pinggir pantai yang bernama Teluk Benawang.Agar lebih mudah untuk membayar upeti dalam proses perdagangan. Lalu kerajaan tersebut diberi nama Kerajaan Benawang. Benawang sendiri memiliki arti uang yang banyak dan bertebaran.Di Kerajaan Benawang inilah terciptanya 12 bandar.


Tari piring adalah tarian sang ratu yang ditarikan dikala menyambut para ulu balak dari medan laga atau medan perang. Sang ratu memberikan suguhan kepada ulu balak berupa tarian sebagai ungakapan rasa gembira. Sang ratu berasal dari Kerajaan Paksi Marga Benawa.
Tari piring diperkirakan mulai ditarikan sebelum agama islam masuk ke Indonesia. Adapun disebut piring 12 sebab, paksi marga benawang mempunyai 12 bandar, dari setiap bandar mempunyai ulubalang - ulubalang dan setiap ulubalang pasti mempunyai pasukan perang.
Adapun nama-nama 12 bandar tersebut adalah :
1). Bandar Rajabasa (gunung subuwujo)
2). Bandar Sani (gunung subuwujo),
3). Bandar Narip (sekarang daerah nuropangko),
4). Bandar Talagening dibagi lagi menjadi 4 bandar lop Bandar Talagening, Bandar Maja, Bandar Muara, Bandar Kelunggu (Kota Agung),
5). Bandar Baturuga (Terahutimur),
6). Bandar Limau (kecamatan limau),
7). Bandar Putih,
8). Bandar Tulapayah.
Jadi mempunyai 4 bandar dalam dan 8 bandar luar.
Tari Piring Duabelas mempunyai dua warna berbeda yang membedakan antara pangeran dan masyarakat. Warna kuning biasanya digunakan di sebelah kanan,warna ini milik pangeran/ratu. Sedangkan warna putih biasannya dikenakan di sebelah kiri, warna ini milik masyarakat Saibatin/pemilik adat. Dua piring yang dibawa oleh sang ratu atau penari juga memiliki makna, yaitu melambangkan bahwa dalam segala sesuatu itu ada dua. Ada kalah ada menang, ada sedih ada senang.

Karena sekarang sudah tidak ada peperangan maka tari piring ditarikan saat acara panayuhan atau resepsi Sang Bujang & Sang Gadis. Tarian ini telah menjadi tradisi di kabupaten Tanggamus atau bisa dibilang tari pergaulan Masyarakat pesisir yang beradat saibatin.

Komentar

  1. Terimakasih sudah memperkaya khasanah budaya saya tentang lampung sai batin....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tari Mandulang Intan budaya dari Banjar

Tari Baksa Kembang Budaya dari kalimantan selatan

Tari Saman Budaya dari Aceh